Pagi ini senin yang dingin di bulan Juli. Hari pertama masuk sekolah di Makassar setelah libur panjang. Ada empat siswa yang sedang berjalan gagah menuju gerbang sekolah. Mereka adalah saya, Aco karakter utama dalam novel ini, dengan tinggi 165 cm, warna kulit coklat, rambut hitam kekuningan karena sering kena sinar matahari, potongan rambut cepak kriting dengan sebuah tahi lalat besar yang lebih tepat disebut jappo di dagu kananku, sehingga membuatku sering dipanggil Aco Karno.
Disampingku ada Andi dengan tinggi 163cm, warna kulit agak
putih buram, rambut belah samping paksa dan telinga lebar yang membuatnya
dipanggil Labba Toling. Tapi biasa juga dipanggil Andi Lau.
Disebelahnya ada
Bundu dengan tinggi 163,5cm, warna kulit coklat dengan kepala botak, badan agak
subur yang membuatnya sering dipanggil Bundu Botak atau Bundu Battala atau
Buntala atau juga Bunbobat. Terserah mau memanggil yang mana.
Dan yang terakhir
tapi paling narsis adalah Udin dengan tinggi 152cm, warna kulit putih kecoklatan
dengan rambut papan dengan sedikit ekor kuda dan hiasan tokka diatas kepalanya
yang membuatnya biasa dipanggil Udin Tokka atau Udin Ceper, Pendek, Cebol dsb.
Itulah empat pemuda calon penerus bangsa atau calon anggota IPI ( Ikatan
Pengangguran Indonesia ).
“ We siapa yang menang tadi malam?”,tanya Bundu
“ Mamaku “,jawab Udin
“ Mamamu? Siapa yang tanya mamamu Ceper,yang saya tanya itu
tentang bola,siapa yang menang tadi malam ?”,tanya Bundu kesal
“Oooooooooo… bilangko
Buntala, saya kira ko tanya siapa yang menang tadi malam,mamaku atau bapakku.
Kalo bola menang semua kuliat tadi malam “, jawab Udin
“Menang semua…… saya tanya itu Chelsea Lawan MU Ceper?”,
“ Bilangko bundu, kotanya tadi bola, siapa yang menang tadi
malam? Jadi kujawab menang semua karena tidak ada yang seri yang kunonton tadi
malam”, jelas Udin membela diri
“ Jadi berapa Chelsea – MU Ceper ?”
“Chelsea menang 2 – 0 Buntala”
“ We menang taruhan ka itu, asiiik”
“Eh tadi kobilang mamamu menang lawan bapakmu, main apa
mamamu sama bapakmu tadi malam?”, tanyaku memotong
“Main tinju, bapakku KO ditinju sama mamaku”,jawab Udin polos
“Masa KO bapakmu, hebatnya itu mamamu”, komentar Andi
“Nassami KO bapakku, mamaku badannya besar, bapakku kurus.
Saya hitung lagi sampai 10 waktu bapakku jatuh ditinju mamaku”, kata Udin
“ Kohitung…, kau yang jadi wasitnya?”,tanyaku
“Udin gitu loh”, kata Udin bangga
“ Dasar ceper gila, ortunya baku tinju, dia jadi
wasitnya, Ceper,Ceper”, kata Bundu berbisik
“Wow cantik”,kata kami kompak
Tapi kemudian datanglah
seorang cewek gemuk lebar berdiri di depan kami, menghalangi pandangan kami, ia
lalu mengibas-ngibaskan rambutnya kekiri dan kekanan bak model iklan shampo.
“Oiii minggir”, bentak Udin
Cewek gemuk itu hanya
melirik sebentar dan kembali berpose seperti foto model ,”siapa lu”,katanya
Udin sangat
marah, lalu menghampiri cewek gemuk itu dan memukulnya...
Buk ! “bukan kau mau
kulihat battalak”,kata Udin marah,cewek gemuk itu pun terjatuh
“Yah hilang deh tuk cewek cantik”,kata Bundu
“Dasar !gara-gara cewek ini kita kehilangannya, ayo kita
hajar rame-rame, trus kita ikat dan buang kejurang”,kata Udin berapi-api
“Hmmm habiski lagi obatnya Udin”,kata Andi
“Kasih cepat obatnya Bundu”,kataku,”ada ditasnya itu”
Bundu lalu mengambil
sebuah botol obat berisi pil putih dan memberikannya ke Udin
“Sabar ko ces, ini minumko dulu obatmu”,kata Bundu menyuapkan
obat itu kemulut Udin
“Terima kasih ces, tenangma, ayo kita pergi cari lagi itu
cewek”, ajak Udin yang sudah agak tenang
“Ayo “,kataku di ikuti Andi dan Bundu. Kami lalu masuk
kesekolah dan meninggalkan cewek gemuk itu yang lagi terduduk memandang heran
kearah empat cowok yang brutal.
Sekolah kami bernama
smu 5 ini 1. Smu 5 in 1 merupakan sekolah dengan campuran lima kejuruan, yaitu
tehnik otomotif, teknik kecantikan, IPA, IPS dan teknik bangunan. Terdiri dari
empat gedung berbentuk segiempat dengan sebuah lapangan yang cukup luas
di tengahnya dengan sebuah tiang bendera yang biasa digunakan untuk upacara
bendera, olahraga, latihan pramuka, latihan baris-berbaris dan yang tak kalah
penting untuk menjemur anak yang nakal bersama bersama ikan kering ibu penjaga
sekolah. Sebuah gedung bertingkat 3 yang terletak di depan sekolah terdiri dari
ruangan Kepala Sekolah, guru-guru, Unit Kesehatan Sekolah ( UKS ), Tata Usaha ( TU
), Perpustakaan Sekolah dan Musholah. Satu gedung di samping kanan adalah gedung
3 tingkat untuk jurusan teknik otomotif dan teknik bangunan. Lalu disamping
kiri adalah gedung 3 tingkat untuk jurusan kecantikan dan kantin sekolah
dilantai dasarnya. Gedung terakhir yang berada di belakang adalah gedung 3
tingkat untuk jurusan IPA dan IPS. Itulah asal muasal nama sekolah SMU 5 in 1
ini dan untuk diketahui kami berempat merupakan siswa jurusan teknik bangunan.
Itulah mungkin kami semua kasar-kasar, karena yang kami pelajari itu
mencampur, menyemen, mengangkat batu dan segala macam pekerjaan kuli.
Setelah di dalam sekolah
kami melihat siswa siswi sedang berbaris teratur di lapangan dengan rambut
diikat pita warna-warni bagi siswi cewek, kaos kaki yang berbeda warna dan
celana yang sebelah dilipat pendek hingga lutut bagi siswa cowok. Mereka semua
memakai papan nama yang terbuat dari karton dengan tali rapia sebagai
gantungannya, tas dari kantong plastik hitam besar bagi cowok dan kantong
plastik merah besar bagi cewek, serta memakai sebuah topi berbentuk kerucut yang
terbuat dari kertas koran dengan tali rapia biru sebagai pengikatnya. Mereka
semua mirip anak baru yang sedang dipelonco.
“Wah lagi ospek kayaknya ini ces”,kataku
“Ospek?”, Tanya Udin
“Ospek itu Orientasi Siswa Penyiksaan tolo”,jawab Bundu
“Bukan,ospek itu junior kasih coklat senior, bodo”,kata Andi
sok tau
“Ko kira valenting”, potong Udin,” ospek itu Organisasi Siswa Intra Sekolah, dongo”, jelas Udin lebih sok tau
“Itu OSIS tollo”, kata Bundu
“Ospek itu…"O" itu Organisasi, "S" itu Siswa, "P" itu Pendidikan, "E"
itu Ekonomi dan "K "itu Kekerasan, jadi OSPEK itu kekerasan yang mendidik siswa
baru untuk ekonomi demi organisasi, begitu”, jelasku kayak guru
“Au ah gelap, yang penting ospek itu biasanya senior siksa
juniornya”, kata Andi
“Iya senior selalu benar”, kata Bundu
“Kalo begitu hajar mang…..”, kata Andi
“Kenapako, kemasukan?”, tanyaku
“Kan kau tadi bilang ‘hajar mang’ kan kalo di tipi-tipi
biasanya penonton langsung joget”, jelas Udin
“Tollo itu ‘Tarik Mang’ bukan ‘Hajar Mang’ dasar muka
dangdut”, kata Bundu
“Sori ces, saya kira ko suruh kita joget”, kata Udin
“Kita….. kamu aja kali”, potongku
“Ah sudah ayo kita hajar anak baru”, kata Andi bersemangat
“Eh tunggu”, kataku
“Kenapa Aco?”, Tanya Bundu
“Tidak ini Udin, bukan tipi-tipi tapi tivi-tivi”, kataku
menjelaskan
“Ah seala saya kira apa, sambarang tong ko kau, ayo bro
hajar!”, kata Andi
Kami lalu masuk
kedalam barisan dan meneriaki siswa-siswi baru tersebut. Satu-satu anak baru
itu di tappe, lalu dihajar pant*tnya tapi hanya anak laki-laki lho-. Lalu
menyuruh siswa cowok jalan jongkok sambil meneriaki mereka bodoh, tollo, jelek.
Sedangkan siswi cewek digoda-goda dan dicolek-colek kayak sabun colek.
Benar-benar seperti penjajah kompeni sedang menyiksa rakyat Indonesia. Dan tak
kalah parahnya, dengan pedenya Udin menyuruh siswa-siswi itu berlari keliling
lapangan dan menyanyikan lagu ‘Udin gagah, paling ganteng, senior tercakep
didunia’ yang membuat siswi cewek dan kami bertiga muntah-muntah mendengarnya.
Tapi Udin hanya cuek dan berdiri tertawa keras kesenangan karena baru sekarang
ini ada yang bilang dia cakep, padahal biasanya orang-orang memanggilnya ‘Hai Jelek’, apalagi cewek-cewek kebanyakan mau muntah kalo lihat muka Udin, kasian….
Saat sedang asiknya
menyiksa siswa-siswi dengan meneriaki mereka dari pinggir lapangan sambil
bertolak pinggang, tiba-tiba pantat kami berempat ditendang dari belakang, membuat
kami semua terlempar ke depan dengan muka mendarat mulus ketanah.
“Aduh”, teriak kami kompak
“Siapa yang berani menendangku hah!”, kata Udin marah
bertolak pinggang
“Kami!”, kata suara bapak-bapak dari arah belakang ,”kalian
anak baru berani-beraninya pura-pura jadi senior, kurang ajar!”,lanjutnya
“Senior”, kata kami saling berpandangan
Kami bertiga menoleh kebelakang dan melihat bapak-bapak
berkumis, berjenggot dan berambut
gondrong, satu-satunya yang membuat mereka dikenali sebagai anak SMU
adalah seragam putih abu-abu yang mereka kenakan. Mana ada yang pakai sandal
jepit.
“Ini senior kami, tua banget “, kataku dalam hati,”sekolah apa
ini!”, pikirku
Seperti yang
kukatakan tadi kami bertiga, karena Udin malah bertolak pinggang menghadapi
senior.
“Siapa yang berani mengaku-ngaku sebagai senior, saya senior
disini”, kata Udin borro
“Kenapa tuh anak, mau mati”, bisik Andi
“Habis obatnya kapang”, jawabku
“Tappama Udin”,kata Bundu
Perbuatan Udin semakin membuat senior-senior marah dan
dengan satu komando dari seorang senior berjenggot ,”hajar…..”, senior yang lain
mengejar Udin
“Eh mau apa kalian……eh,eh…a……….tolong…………”, teriak Udin
berlari
Tapi teriakan Udin tak ada artinya karena tak ada yang
berani menolong Udin, termasuk kami. Akhirnya Udin tertangkap dan diikat dengan
tali rapia. Udin lalu dibawa kehadapan senior yang dituakan tadi, dengan
diselingi tendangan kepantat dan kandatto. Kasihan sekali Udin sudah mirip pencopet
yang ketangkap basah, mana mukanya jelek lagi.
“Kamu….”, kata senior
yang dituakan,”ambil tang”, perintahnya
“Huh kau tak kan bisa membuatku bicara”, kata Udin
“Bicara apa tuh anak”, pikirku
Tak lama kemudian datanglah seorang senior gondrong membawa
tang lancip dan menyerahkan kesenior
tua.
“Pegang kepalanya, hadapkan ke atas”, perintahnya
“Mau apa kalian?”, kata Udin
“Diam”, kata senior lalu memegang kepala Udin dan
menghadapkannya ke atas
Senior tua lalu mengarahkan tang itu ke muka Udin, tepatnya
ke hidung Udin.
“Eh mau koapakan hidungku. Jangko tarikki, mancungmi”, kata
Udin protes, tapi si senior tua hanya diam dan malah memasukkan tang itu ke hidung
Udin.
“JANGAN………JANGAN……MAMA………….”, teriak Udin histeris
meronta-ronta, tapi apa daya kekuatan senior-senior itu lebih kuat. Dan dengan
satu tarikan keras, si senior tua mencabut tang tersebut yang kemudian disusul
teriakan atau lebih tepat lolongan Udin.
“AUUUUUUU…………SAAAAKIIIIT……..MAMA………”, lolong Udin
kesakitan, air matanya keluar.
“Kasihan Udin”, kataku
“Tabahko ces”, kata Bundu
“Ihhhh sakitnya itu”, kata Andi
“Ganjil genap?”, tanya senior gondrong
“Tunggu dulu 1,2,3,4,5….”, senior tua menghitung benda hitam diujung
tang dan…..,”21 ganjil”,
“Ah menangka”, kata
senior botak cillak berjenggot
“Siala gara-gara bulu hidungmu kurang banyak, kalahma”, kata
senior gondrong lalu ‘PLAK’ kepala Udin ditappe.
Ternyata tadi Udin dihukum cabut bulu hidung, yang sakitnya
bukan main. Sekali cabut 21 bulu hidung Udin melayang, botak mi lobang hidung
Udin, kasihan……
“Ini seribu dan ini seribu lagi untuk taruhan lubang hidung
yang sebelah”, kata senior gondrong menyerahkan uang 2000 ke senior botak cillak
berjenggot. Mendengar itu Udin sangat ketakutan.
“Ampun…….jangko kodong, menyerahka, saya akan katakan
semuanya”, kata Udin merengek
“katakan apa? Ah cabut”, kata senior gondrong
“jangko kodong,sakit sekali, tidak mauka lagi, jangko……saya
akan katakan semua”, kata Udin kembali merengek.
“apa itu, ayo bilang”, kata senior tua penasaran
“saya ini sebenarnya bukan senior, banyak utangku, pantatku
hitam, tukang kentutka kalo tidur, saya tukang bohong, suka kucuri uangnya bapakku
tapi kutunjuk adikku, tiga ji puasaku, tapi selalu kubilang full, sukaka nonton
film bok*p, kalo kencing tidak pernah kusiram, sukaka menyontek, bussuk
kentutku, jarangka mandi, banyak panuku, kudisanka dan………..jelekka”, kata Udin
tertunduk
“Itu ka semua juga sudah tau, jelas-jelas jelekko”, kata
senior tua,” tapi hancurmu
di’, pencuri, pembohong, bussuk ,panuan, kudisan, tokka, hidup lagi,ckckckck”,
“edede…..e ada orang kayak kau di’”, kata senior gondrong
“Ia, jadi……bebasma”, kata Udin terisak
“Iyo pulang meko, mandi bersih-bersih, kalo perlu ganti mukako
dulu baru datang ko lagi besok”, kata senior tua dan disambut gembira oleh Udin
“Terima kasih”, kata Udin lalu berlari pulang
“Saya juga kak”, kataku, Andi dan Bundu bersamaan lalu
bermaksud tuk lari pulang juga
“Eit, kalian tinggal, dan sebagai hukuman, kalian push up 50
kali”, kata senior tua
“Ah sial”, kata kami lalu memasang kuda-kuda push up dan push
up lah kami 50 kali dengan dihitung oleh senior gondrong.
Setelah selesai push up kami disuruh bergabung dengan murid
yang lain masuk barisan. Kami lalu disuruh berjalan berbaris, berputar
mengelilingi lapangan sekolah sambil bernyanyi lagu mars sekolah yang
dicontohkan oleh senior. Lagunya begini:
Kami putra putri SMU 5 in 1
Bersekolah demi masa depan
Senior itu segalanya
Perintahnya itu adalah kewajiban
Senior kami selalu benar
Kami yang salah
Hidup sekolah,hidup senior 3x
‘PRIT……PRIT……..PRIT…….’ bel sekolah yang mirip bunyi peluit
wasit sepakbola berbunyi tepat jam 12 siang.
“Yah ospek hari ini selesai hingga disini, kalian boleh
pulang tapi sebelumnya tiap anak sumbang 1000 untuk biaya operasional
senior, tapi ini sumbangan sukarela, jadi semua harus sumbang, kalo tidak sumbang
tidak boleh pulang”, kata senior tua
“Seala apanya sukarela, ini namanya pemerasan”, kataku dalam
hati
“Iyo,dasar senior bejat”, kata Andi dalam hati juga
“Betul,cobanya bukan orang tua, kulawan ki”, kata Bundu dalam
hati juga
“Ah masa”, kata senior tua dalam hati juga
“Kok?”, kata kami bertiga
:ng
BalasHapus