“Baji-baji ji ces”, jawab Udin malas,”uahhgg”,Udin
menguap, Nampak matanya masih mengantuk
“Mengatukko ces, habis begadang ko?”
“Tidak ji, masih mengantuk ja. Gila jam berapa ini?”
“Jam 6, kenapa?”
Itumi, saya kan biasanya ke sekolah jam 7, ini kita disuruh
dating jam 6 pagi. Belumpika lagi sarapan”
“Kita…. kamu kali”
“Issengkomae”
Aku memperhatikan Udin yang terlihat jalan dengan setengah
tidur, pakaiannya berantakan kusut, sebelah masuk sebelah tidak, kancing baju
salah masuk, kancing kedua dimasukkan kelubang pertama. Rambut acak-acakan tidak
tersisir, muka kusut, ta* mata masih menempel di pinggir matanya. Papan namanya
menggantung miring ke sebelah kanan, topi korannya miring ke belakang
kepalanya, jadi kayak benjol lancip ke belakang. Tas kantong plastiknya
menggantung di depan lehernya. Bau badannya juga ‘ugh’!
“Kau belum mandi ya?”, Tanyaku
“Sudah”, jawab Udin
“Tapi kenapa mukamu masih bussu begitu? baumu juga , ugh”
“Sudah… kemarin, tadi pagi tidak sempat, telat ma”
“Kau kayak payabo-yabo”
“Biarmi tapi gagaji to”
“Huek”, mauku muntah mendengarnya
“We telat miki ini”, kataku melihat jam tangan,”ayo cepat”
“Cuek”, kata Udin santai
“Ayo lari”, aku lalu menarik tas kantong plastik Udin, yang
membuat Udin mau tak mau ikut berlari cepat
“Oi….nu kana bembek ka!”, teriak Udin berlari mengikuti
tarikanku
Sesampai di depan kelas kami berhenti berlari dan berjalan
jaim masuk ke kelas, tapi ketika berdiri di pintu kelas, kami melihat murid lelaki dijejer
di pinggir tembok lalu dipukuli satu-satu oleh senior. Ada juga yang disuruh
lompat kodok pulang balik ke depan dan ke belakang dan ada juga yang disuruh push
up, mirip yang ada di IPDN. Kekerasan senior terhadap junior, teriak, makian
senior dibalas oleh teriakan kesakitan junior. Sedangkan murid cewek disuruh
lari keliling kelas dan jika disuruh berhenti harus joget dangdut, kadang goyang
ngebor ala Inul atau goyang gergaji ala
dewi persik, tergantung orderan dari senior cewek.
“O’o… kayaknya kita salah kelas”, kataku
“Iya sama”, kata Udin juga
Kami lalu kompak membalikkan badan dan berjalan pergi, tapi
baru dua langkah kami berjalan, baju kami ditarik oleh tangan-tangan kekar dari
dalam kelas.
“Eits mau kemana?”, kata sebuah suara dari belakang, kami
menoleh ke belakang
“Mau ke kelas kak”, kataku
“Inikan kelas kalian”, kata senior
“Ah bukan kak, saya anak kecantikan”, kataku
“Iye puang, saya samaji temangku”, kata Udin
“Puang-puang, kapan saya kawin sama nenekmu?”, kata senior
itu,”ayo masuk”, senior itu lalu menarik kami ke dalam kelas. Kami berdua hanya
bisa pasrah karena tenaga senior kami yang jenggotan itu sangat besar.
“Frend ini ada yang terlambat, dua ekor”, kata senior jenggot
pada temannya
Semua senior yang ada di kelas itu lalu melihat kami dengan
tampang yang menyeramkan. Tiga orang yang tampaknya dituakan, bisa dilihat dari
mukanya yang sudah agak keriput, maju ke arah kami. Kami hanya tertunduk
ketakutan, kaki Udin berbunyi gemetaran. Sedangkan keringat dinginku menetes
deras kayak hujan, akupun melihat hal yang sama pada Udin,”mati aku”, pikirku.
“Kalian, jam berapa saya suruh datang?”, Tanya senior tua
dengan suara keras ke kami. Aku dan Udin hanya terdiam tertunduk, tak berani
menjawab.
“Ayo jawab!”, bentaknya,membuat kami tersentak kaget
“Ampun kak,jangan ko bunuh ka, belumpika kawin”, rengek Udin
tiba-tiba berlutut memohon-mohon ke senior tua itu sambil memeluk kakinya dengan
mukanya di depan anu si senior.
“Eh siapa mau bunuh kamu? Lepaskan”, kata senior itu
Tapi Udin malah
semakin menjadi, kepalanya dimasukkan ke selangkangan si senior, yang membuat
senior itu risih dan malu, karena teman-temannya tertawa melihat adegan lucu
tersebut, Akupun terkikik-kikik kecil.
“Ayo lepaskan, lepaskan”, kata senior tua lalu menarik keluar
kepala Udin dari selangkangannya lalu menamparnya bolak-balik
‘plak, plak, pluk, plak’, Udin hanya teriak ‘adouw, adouw, adouw, adouw’ Udin lalu
melepaskan pelukannya dan jatuh terduduk memegang pipinya yang jadi tembem
karena bengkak ditampar.
Si senior tua lalu memperbaiki pakaiannya dan ‘ehem, ehem’
membuat suasana kelas hening.
“Oke kalian berdua terlambat, siapa nama
kalian, kamu?”, tunjuknya padaku
“Saya kak”, jawabku
“Iya bego”
“Aco kak”
“Kamu jelek cengeng?”, Tanyanya pada Udin
“Udin kak”, jawab Udin lemas
“Oke karena kalian berdua terlambat, kalian saya
hukum”, katanya lalu berbalik dan menunjuk kearah anak baru.
“Ayo kalian semua tampar dua orang jelek ini”, perintahnya
“Matima”, kataku
Kemudian dengan komando si senior tua, semua anak baru
cewek-cowok termasuk Bundu dan Andi menampar kami ‘plak, plak, plok’ sakit sekali
plus semua senior di dalam kelas itu.
“Sorry ces”, kata Bundu lalu ‘plak’
“Saya juga ces”, kata Andi dan ‘plak’
“Aduh, keras sekali, niat ya”, kataku
Kalo saya hitung ada 68 orang yang menampar kami. Pipiku dan
Udin jadi tambah tembem dan merah. Setelah itu kami disuruh masuk barisan
bersama anak baru lainnya. Aku disuruh lompat kodok, sedangkan Udin disuruh
berbaris ditembok kelas. Kebetulan Andi bersamaku ikut lompat kodok, sedangkan
Udin bersama Bundu berdiri dipinggir tembok lalu dipukul perutnya dan
dimaki-maki.
“Ayo semua kumpul berbaris ditengah”, perintah senior tua
Tapi bel tanda istirahat telah berbunyi, yang menandakan
waktu istirahat makan siang dan kami bisa bebas untuk sementara.
‘PRIT………PRIT…….PRIT……..’ bunyi bel sekolah yang lebih mirip
bunyi sempritan wasit sepakbola.
“Heh kalian semua diselamatkan oleh bel, ayo istirahat makan
siang dan setelah bel masuk kalian semua harus cepat kembali ke kelas, kalo tidak
dengan senang hati saya akan menghukum kalian”, ceramah senior tua
Kami lalu berhamburan keluar kelas seperti burung-burung
yang dilepas dari sangkar terbang bebas menuju kantin sekolah. Kantin sekolah
lumayan luas, bercat biru muda, meja bundar dengan kursi di sekelilingnya. Kantin
memakai system cash and carry, bayar dulu baru makan. Menunya juga beraneka ragam, dari
yang murah meriah kayak mie rebus yang harganya Rp. 2000 hingga burger dan pizza
yang harganya Rp. 50.000. Kami berempat memutuskan membeli coto Makassar yang
lumayan harganya Rp. 5000 / mangkok plus 2 ketupat. Tapi senior tetap berkuasa
bahkan hingga dikantin. Ada aturan tak tertulis bahwa hanya senior yang boleh
duduk di kursi kantin sedangkan kami junior duduk di lantai. Jadinya anak-anak
baru terlihat kayak pengungsi korban bencana alam sedang duduk melantai,makan.
Aku,Bundu,Andi dan Udin memutuskan makan diluar dan duduk ditembok pembatas
taman bunga didepan kantin. Saat sedang asik menikmati coto kami, cewek cantik
yang kemarin kami kejar melintas di depan kami. Seketika kami menghabiskan coto
kami lalu bergegas mengejar cewek itu.
“Hei kenalan dulue….”, kata Udin tanpa kenal malu menghadang
jalan si cewek
“Eh saya dulu, nama saya Andi, nama kamu?”, potong Andi
menyodorkan tangannya
Kami berebutan ingin berkenalan dengan cewek cantik
itu, sedangkan si cewek kelihatannya asik-asik saja dikerubuti oleh kami berempat
kayak lalat.
“Saya Nonni”, jawab si cewek menyalami kami satu persatu
“Anak apa?”, Tanya Bundu
“Anak IPS, kalian?”, Tanya Nonni balik
Tapi seorang cewek seksi dengan
rok pendeknya lewat membuat Bundu, Andi dan Udin beralih mengikuti sicewek seksi
meninggalkanku bersama si Nonni. Bundu, Andi dan Udin seperti lalat yang
menemukan makanan baru yang lebih hot, mengerubuti si cewek seksi yang ternyata
guru jurusan kecantikan (itu aku ketahui setelah aku bertanya kekiri dan kanan)
mereka berebutan ingin berkenalan.
“Bangunan”, jawabku
“Apa ? Kenapa ?”, kata Nonni tersadar setelah melongo melihat
tingkah laku ketiga temanku.
“Saya anak bangunan, namaku Aco”, kataku lagi
“Oh saya Nonni”
“Iya aku sudah tau, tadi sudah kamu bilang”
“Oh iya, temanmu begitu ya?”
“Begitu , kenapa?”
“Begitu , aneh”
“Ya begitulah”
“Cewek kenalan dulu, namaku Udin Sudiro”, kata Udin
memparkenalkan diri dengan menambah kata Sudiro pada namanya biar kayak artis
Tora Sudiro, mirip tawwa kalo dilihat dari Jeneponto.
“Saya Andi Lau”, kata Andi memparkenalkan diri lalu menyisir
rambutnya keatas, waw dapat sisir dari mana dia?
“Ah jangki percaya, penjahat semua itu. Itu yang ceper
pencuri”, kata Bundu menunjuk Udin,”kalo yang itu palukka”, tunjuk Bundu pada
Andi
“Samaji tollo, dompalak”, kata Andi dan Udin kompak
“Sama itu pale”, kata Bundu cuek,” kenalkan saya Bundu Dcaprio Abdul Azis”, kata Bundu memperkenalkan diri
“Hati-hati cewek, orang bejat itu, mesum, suka curi pakaian
dalam. Masa kemarin na curi BH-nya nenekku”, kata Andi
“Iyo hati-hatiki, masa BH-nya ayamku na curi juga, dasar
mesum”, kata Udin menambahkan
“Memangnya ayam pakai BH?” tanya Andi
“Nassami, nenekmu saja pakai BH, masa ayamku tidak”, jawab Udin
“We tolo, tidak ada ayam yang pakai BH. Trus kenapa nenekku
kosamakan sama ayammu”, kata Andi marah karena neneknya disamakan dengan ayam
Udin.
“Ada tolo, ne liatako kalo tidak percaya”, kata Udin marah
juga karena dikira pembohong. Udin lalu mengambil sebuah foto dari dompetnya
dan memparlihatkan pada Andi.
“Ayam apa ini”, kata Andi kaget melihat foto Udin bersama
seekor ayam betina memakai BH kecil di dadanya plus rok mini mungil dipant*tnya.
“Percaya meko to”, kata Udin bangga
“Percayama, gilako”, kata Andi
“Ana sikulu, kau yang gila”, kata Udin
“Cantiknya, siapa namanya?”, tanya Bundu
“Oh Rosalina, cantik to”, jawab udin
“Pasangan yang serasi, berapami anaknya?”, tanya Bundu lagi
“Bayakmi, 12 ekor”, jawab Udin
“Mirip semua ji mukamu?”
“Tidaklah”
“Hehehehe….. kalian lucu ya”, kata Bu Angel, cewek yang dikejar
3 cowok aneh ini
“Ah kamu tau saja, saya memang imut-imut”, kata Bundu pede
“Heuk puih, ih gellek-gellekku dengar”, kata Andi
“Nama kamu siapa?”, tanya Bundu
“Bu Angel, guru kecantikan”, jawab Bu Angel
“O…..Bu Angel……..guru? kecantikan?”, kata Bundu
“Bu guru, tapi kok muda sekali, kayak anak SMU”, kata Andi
“Ah masa, saya sudah 25 loh”, kata Bu Angel tersipu
“Iya betul, kayak cewek umur 17 tahun”, kata Andi lagi
“Ah masa ah”, kata Bu Angel makin tersipu lalu mengambil
cermin bedak dan berkaca
“Saya mau jadi pacar ibu”, kata Andi
“Saya juga”, kata Bundu tidak mau kalah
“Ah yang benar, saya kan lebih tua, guru kalian loh”, kata Bu
Angel
“Eh tunggu tadi kobilang mirip semua anaknya saya, jadi
kopikir saya suaminya itu ayam”, kata Udin memotong pembicaraan.
“ Aduh ini ceper, telmi lagi”, bisik Bundu,” iya Udin……..”, kata
Bundu
“Seala ini, bukan tolo”, kata Udin marah
“Bukan itu”, kata Bundu cuek
“Memang bukan, kau itu sembarang tong, bilangi orang…….”, Udin
ngomel sendiri
“Bu ada dongkrak ta?” tanya Bundu
“Tidak ada”, jawab Bu Angel
“Tapi nomor telpon ada kan?”
“Ada, kenapa?”
“Ya buat telpon-telponan, berapa bu?”
“Ya berapa?”, tanya Andi co’do
“Buat apa?”
“Ya buat PDKT sama Bu Angel, kan saya mau jadi pacar ibu”, jawab
Bundu
“Saya juga Bu”, kata Andi turut-turutkang
“Waw kalian sangat terus terang, baiklah ini nomornya…..”, Bu
Angel memberi nomor telponnya dan dicatat oleh Bundu, Andi dan Udin juga yang
akhirnya berhenti ngomel setelah sadar tidak ada yang mendengarnya. Mereka lalu
bergantian memiscol nomor Bu Angel.
“Ya siapa tau ibu butuh tukang cuci, untuk
bersih-bersih, telpon saja saya Bu”, kata Bundu
“Tukang pijit juga Bu”, kata Udin bersemangat
“Yee itu sih maumu tokka”, kata Andi
‘PRIT…PRIT…..PRIT…..PRIT……’bel tanda masuk berbunyi
“Sudah bel, Ibu masuk
dulu ya”, kata Bu Angel
“Iya Bu, hati-hati,nanti aku telpon ya”, kata Bundu
“Aku juga Bu”, kata Andi
“Saya jangan lupa Bu, Udin”, kata Udin
“Iya”, kata Bu Angel
Mereka bertiga lalu berlari masuk ke kelas, sedangkan Bu Angel
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku 3 anak aneh itu. Ditempat
lain, Aku pun mengakhiri perkenalanku dengan Nonni setelah mandengar bel
masuk, padahal aku belum dapat nomor telponnya.
Di dalam kelas, senior telah menunggu. Mereka tampak
mempersiapkan diri untuk memulai ospek, ada yang minum minuman energi, ada yang
mengoleskan minyak pada tangannya, ada yang sedang dipijat tangannya dan ada
yang sedang memakai parfum juga lipstik, tentunya bagi senior cewek.
“Oke sudah semua ya, baik sekarang kembali ke posisi sebelum
istirahat, ayo cepat!”, kata senior tua
“Ya…..”, kata kami lesu, kami lalu kembali keposisi kami
sebelumnya berkumpul di tengah.
“Sekarang saya akan menguji kekompakan kalian. Kalian semua
saling berpegangan tangan, bentuk lingkaran besar”, kata senior tua
Kami lalu saling berpegangan tangan dan membentuk lingkaran
“Oke nanti senior kalian akan mengajukan pertanyaan dan jika
kalian salah menjawab kalian akan ditarik keluar dan tugas kalian menahan teman
kalian agar tidak tertarik oleh kami, karena kalo kalian tertarik kalian akan
kami ajar disini”, jelas senior tua
“Baiklah saya yang pertama akan bertanya”, kata seorang
senior yang tinggi, besar dan berkumis lebat kayak pak satpam. Ia lalu maju
kedepan sambil mengepal tinjunya.
Ia lalu berkeliling melihat kami dengan pandangan seramnya
sambil memutar-mutar kumisnya dan akhirnya berhenti dihadapan kami berempat
yang sengaja mengambil tempat ditengah, biar aman pikir kami.
“Kamu”, tunjuk senior kumis pada kami berempat
“Ah untung bukan saya”, kata Udin
“Kamu ceper”, katanya lagi
“Oi kau”, kata Udin pada teman disampingnya yang nyata-nyata
lebih tinggi dari dia
“Kau tokka”, katanya lagi dan semua mata siswa melihat Udin
“Oh saya, yah…”, kata Udin lesu
“Baiklah ini pertanyaannya, hewan apa yang berkumis?”, tanya
senior kumis
“Gampang, kucing”, jawab Udin senang
“O... jadi kosamakan saya dengan kucing”, kata senior kumis
marah
“ Tidak kak”
“saya berkumis, jadi saya sama dengan kucing”
“Perasaan ta ji itu kak”
“Apa! Jawabanmu salah, ayo keluar”, kata senior kumis lalu
menarik lengan Udin
“Apa! Oi tahanka”, kata Udin memohon
Kami pun menahan badan Udin dengan memegang badannya, tapi
tarikan senior kumis sangat kuat sehingga Udin terangkat ke atas.
“Tahan ka ces”, kata Udin memelas
“Kokira dari tadi apa kita bikin”, kata Bundu
“Ayo kumis kamu bisa”, teriak teman-temannya
“Terlalu kuat”, kataku lalu mengambil jurus lima
jari, menggelitik ketiak senior kumis
“Eh eh apa itu, ahahahahaha….”, senior kumis tertawa kegelian
sehingga tarikannya terlepas dan selamatlah Udin
“Ah selamat, selamat terima kasih ces”, kata Udin bahagia
“Heh beruntungko”, kata senior kumis kesal,”baiklah yang
berikutnya”, ia lalu berkeliling lagi mencari korban berikutnya.
“Kamu”, tunjuknya pada seorang siswi didekat Udin
“Saya kan, jangan kak”, katanya memelas
“Tenangko kutahanko”, kata Udin lalu memeluk pinggang si cewek
“Lepaskan cowok mesum”, kata cewek itu marah lalu melepaskan
tangan Udin dari pinggangnya dan menampar pipi Udin juga.
“Addaw”, teriak Udin
“Jangan takut, pertanyaannya masih sama, hewan apa yang
berkumis?” tanyanya
“Hm….macan kak, tapi bukan kakak yang saya maksud itu”, kata
sicewek tersenyum
“Betul, kamu betul”, kata senior kumis
“Kok”, kata Udin bingung
“Oke berikituya kamu”, tunjuk senior kumis pada Udin
“Saya lagi kak?”, tanya Udin tak percaya
“Iya kamu, hewan apa yang berkumis?” tanyanya
“Gampang, macan kak, tapi bukan kakak yang saya maksud
itu”, jawab Udin meniru jawaban cewek tadi
“Salah”
“Kenapa kak?”
“Karena jelekko, lale lagi”, senior kumis lalu menarik Udin
dan kali ini dengan sekuat tenaga plus bantuan dari tendangan cewek yang tadi
dipeluk Udin yang membuatnya terdorong kedepan.
“Oi kenapa kotendangka?”, tanya Udin
“Ka lale ko”, jawab cewek itu cuek
“Oi tahan ka”, kata Udin memohon
“Menyusahkan memang tongko kau”, kataku menarik baju Udin
sedangkan teman yang lain menahan lengan dan kaki Udin
Badan Udin telah berada diluar lingkaran, senior kumis
menarik tangan Udin dengan sekuat tenaga. Tarik menarik terjadi diluar
lingkaran. Sedangkan senior lain berteriak menyemangati senior kumis.
“Tahan ka kodong”, kata Udin memohon
“Diamko”, kataku lalu menarik sekuat tenaga baju Udin dan
‘krek’ baju Udin robek dan terlepas dari badan Udin, membuatku terlempar kebelakang
sambil memegangi baju Udin. Udin pun bertelanjang dada. Kemudian disusul
terlepasnya pegangan teman-temannya pada lengannya. Sehingga Udin seperti
superman terbang diudara karena tangannya ditarik senior kumis dan kakinya
ditarik teman-temannya.
“Ayo semua tarik kakinya”, ajakku pada yang lain yang
kemudian beramai-ramai menarik kaki Udin. Tambahan tenaga yang banyak membuat
senior kumis kalah dan udin pun terlepas dengan muka Udin mencium lantai kelas.
Kami lalu menarik kaki Udin kembali kedalam lingkaran.
“Terimakasih teman-teman”, kata Udin yang terduduk di lantai
“I….. samorangko”, kata Bundu melihat hidung Udin berdarah
“Iyo ces, tapi tidak apa-apa ji”, kata Udin lalu melap darah
yang dihidungnya sambil tersenyum,”Hah aku selamat, kamu kalah”, kata Udin pada
senior kumis
“Awas kau”, kata senior kumis
Akhirnya tidak ada dari kami yang berhasil ditarik oleh
senior karena kekompakan kami saling membantu menahan tarikan senior. Hingga
bel pulang berbunyi dan kamipun disuruh pulang.
Aku segera berlari keluar kelas mencari Nonni dan beruntung
aku Nonni terlihat berjalan keluar digerbang sekolah. Segera kuberlari
mengejarnya tapi ia telah naik motor dijemput oleh keluarganya.
Sekencang-kencangnya kubelari mengejarnya dan memanggil untuk berhenti.
“NONNI TUNGGU, TUNGGU NOMOR TELPONMU”, teriakku
mengejarnya,tapi seakan tak mendengarku motornya melaju kencang meninggalkanku
yang masih mencoba berlari mengejarnya, tak putus asa.
“Kenapa itu cowok, Ira?”
“Tidak taumi Nonni, dompetnya dibawa pulang kapang”
“Kasihan, tapi kayak kukenal”
“Ah perasaanmu ji itu”
“Ira, Nonni ayo pulang”
“Hei.. Dewi ada meko, ayo pulang”, kata Nonni
Merekapun pulang bersama-sama, sedangkan Aku ternyata
mengejar cewek yang salah.
Komentar
Posting Komentar